Kesenian lengger merupakan salah
satu kesenian yang ada dan berkembang di Banyumas sampai saat
ini. Kesenian lengger sebagai seni rakyat pada awalnya
berkembang di desa-desa atau daerah pertanian dan kesenian ini dapat disebut
tarian rakyat pinggiran, merupakan seni rakyat yang cukup
tua, dan merupakan warisan nenek moyang atau leluhur masyarakat
Banyumas Kesenian lengger pada awalnya merupakan bagian
dari ritual (sakral) dalam upacara baritan (upacara syukuran keberhasilan/pasca
panen). Pertunjukan kesenian lengger pada zaman dulu dilakukan dalam
waktu semalam suntuk dengan penari laki-laki. Penari lengger menari
sambil menyanyi atau nyinden, diiringi oleh gamelan calung, sehingga sering
disebut lengger calung.
Pada awalnya
kesenian Lengger digunakan dalam upacara desa sebagai alat
untuk menghadirkan para dewa yang dapat membantu para petani menghasilkan panen
yang baik. Gerakan-gerakan tarian Lengger yang erotis sekaligus
menyimbolkan perkawinan para dewa yang berbuah pada panen yang melimpah.
Sehingga orang yang tidak mengetahui latar belakang tarian ini akan memandang
atau menilai ahwa tarian ini sebagai tarian yang seronok.
Kesenian
Lengger pada umumnya telah tersebar kemana-mana. Namun terdapat berbagai bentuk
perbedaan dalam penyajiannya. Lengger Banyumas terdapat 4 babak dalam
penyajiannya, sedangkan dalam lengger probolinggo hanya terdapat satu babak
yakni babak gambyongan. Hal ini tentu menarik untuk kita kaji sebagai
pembelajaran kedepan bagaimana sebuah kebudayaan mengalami apa yang disebut
integrasi sosial. Dari integrasi sosial itulah maka akan terdapat suatu
perubahan dari kebudayaan asli.
Berikut Bentuk pertunjukan
kesenian tradisional lengger calung pada umumnya dibagi menjadi
empat babak yaitu (a) babak gambyongan/lenggeran, (b) babak
badutan, (c) babak kuda calung (ebeg-ebegan), dan
(d) babak baladewan. Namun lengger yang terdapat di Kota
Probolinggo hanya terdiri dari babak gambyongan saja.
0 komentar:
Posting Komentar